Tentang Blog

Thursday, June 3, 2021

Menuju 32

 Terbangun pagi-pagi buta gegara mimpi buruk. Mimpi yang bikin down dan bertemu realitas, mengaburkan mimpi-mimpi di dunia nyata. Iklas. Apalah arti mimpi. Berserah. 

Pertanyaan di minions WISE minggu ini adalah kalau dikasih kesempatan mau ke mana? (Free trip, all covered) 

Ada yang jawab mau ke Iran karena banyak kota -kota tua, juga Amerika Selatan. Alasannya pada smart-smart gitu. Jawaban saya agak-agak konyol, mau sekali ke Jepang untuk kencan ala-ala komik serial cantik. 

Lalu ke Inggris karena pengen ke peron 93/4 Hogwarts Express. Kalau trip-trip begini mimpi sih iya. Semakin jauh tinggal dari Jakarta, semakin tipis kesempatan untuk pergi-pergi. Mahal. Lalu umur semakin tua. Sedikit lagi 35.

Omong-omong umur, saya ternyata 32, dua bulan lagi. Terima kasih Tuhan. Dalam rangka perayaan personal, menuju 32 dua bulan ini semoga menulis lebih rutin. Hadiah ke diri sendiri. Bangga sih sudah 32, kuat dan makin kuat lagi. Komitmen self improvement nya harus makin tinggi terutama banyak-banyak olahraga. Yeay yoga sudah lebih dari dua puluh hari. Sedikit lagi naik level. Lalu kembali mengajak Wig untuk olahraga. Minggu lalu dia yang semangat ajak lari. Nah minggu ini keknya saya harus semangat. Lari-lari kecil beberapa putaran. Belum bisa macam Kath tentu saja

Makin gorgeous Rosa menuju 32💃🧘‍♀️❤You are blessed, deserve a world 


Kelompok Bermain dan Belajar Anak

 Saya selalu tertarik dengan kelompok belajar. Makin ke sini saya semakin belajar tentang diri sendiri, ternyata saya baru menyadari bahwa salah satu hobby saya adalah belajar. Mengakui punya hobby belajar pun saya agak kurang percaya diri. Takut dibilang sok-sok belajar, nerd atau "ih, lu belajar mulu". Namun karena sudah sampai tahap penerimaan diri, ya sudahlah, yang penting enjoy. Jadi intinya saya suka berada di kelompok-kelompok pembelajar. Fokus bertumbuh, mengenali kegagalan dan mencari cara untuk lebih baik. Oh ya, belajar bukan selalu di lingkungan sekolah, namun sehari-hari dan masing-masing orang saya kira selalu belajar tiap hari, profesi apa pun. Cuma kadang tidak menyadari. Jadi mari kita normalisasi hobby belajar, belajar apa pun itu. 

Kelompok belajar biasanya berhubungan dengan anak-anak. Di usia tersebut, mereka  menyerap ilmu melalui proses belajar formal maupun informal. Belajar terstruktur di kelas atau pun bermain bersama teman-teman sebaya. 

Play has the potential to contribute to social and emotional health in early childhood, which supports the idea that the power of play to make us resilient, flexible, and strong—emotionally, socially, physically, intellectually, and perhaps spiritually—may lie in its propensity to invert and subvert the order of things.(Source: (Esquivel et all., 2021)

Saya pun mengenang kembali kalau dulu ketika kuliah ((2009-2011) saya suka menemani teman-teman muda membaca dan bermain di Sanggar Rebung Cendani, Depok, yang dikelola oleh mas Budi. Saya dan Danil akan pergi tiap Sabtu, kadang menginap. Waktu itu yah, sekadar datang ke sanggar saja sudah bikin teman-teman muda senang. Kadang ada warm up, kadang yah gitu, duduk-duduk bercerita saja sambil mereka membaca buku. Saya kemudian berpikir, bisa nih kalau saya settle balik kampung, saya ingin bikin beginian juga. Voilaa, sekarang syukurlah ada komunitas yang membutuhkan. Lalu kita jalan tiap minggu di Nagekeo. 




Awalnya masih personal karena saya salah satu sukarelawan di Sao Mere, kemudian kita ajukan ke kerjaan biar disupport waktu dan sukarelawan untuk develop modul edukasi sederhana. Nah dengan berbagai pertimbangan, kita akhirnya bisa disupport oleh kerjaan. Artinya bisa diseriuskan,  bisa punya waktu develop modul, punya waktu untuk riset-riset, baca-baca soal pendidikan anak di lingkungan informal. 

 Mungkin karena kita happy, suka dengan apa yang kita lakukan, semua hal baik akan datang sendiri. Ada sukarelawan yang mau bantu-bantu. Saling bantu sih kita karena teman-teman muda punya andil memberikan warna di kegiatan dengan pertanyaan, kenakalan, keriangan dan apa adanya mereka. Jadi kakak-kakak fasilitatornya senang dan bahagia. 






Sunday, May 30, 2021

Negara Antah Berantah

 Akhir-akhir ini kelihatan sekali upaya pelemahan lembaga-lembaga yang melakukan pengawasan terhadap kerja-kerja pemerintahan Antah Berantah(Tentu saja tidak bisa dinamaipemerintahan Cornelius Fudge yang professional). Sudah tidak malu-malu mengganjal pakai rangkaian pertanyaan level personal yang sepertinya tidak biasa dimasukan di tes OWL. Kemungkinan sih ada pimpinan macam Dolores Umbridge:(


Pertanyaan-pertanyaan tes juga privat dan tidak berkaitan dengan kerja-kerja auror. Lebih privat mengenai hal-hal yang mudah dijadikan bahan alih isu di masyarakat yang masih suka urus agama, selangkangan dan babi ngepet. Kemudian kalau diperkuat oleh jurnalis macam Rita Skeeter, buzzer dementor yang dingin dan tidak ada otak, nanti yang diserang personal yang sama sekali tidak ada kaitannya.


Banyak orang sekolah tapi mudah dicuci otaknya. Padahal sudah lulus mengerjakan skripsi capek-capek 1 semester atau bahkan lebih. Fungsi melakukan skripsi di kehidupan nyata harusnya sangat terasa sekali. Jika punya permasalahan, masalanya digali apakah benar-benar masalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan, lalu kemudian melakukan banyak pengecekan data dengan banyak-banyak membaca permasalahan serupa yang sudah-sudah, Data sumbernya harus jelas dan valid juga relevan. Nah tapi kemudian, jika pendidikan hanya dilakukan demi formalitas dan tidak dibawa ke dalam kehidupan sehari-hari, yah begitu, banyak asumsi, unfair judgement juga kasus suap dan brainwashing. Apa kata atasan yang paling benar. Jika kritis di dalam sistem pun kamu akan dibuang. Rasionalitas dan integritas pun sudah dilupakan. Yah hati nurani lah yan dipakai. Mungkin juga kepentingan untuk terus bertahan hidup membuat semua kebijaksanaan dibutakan oleh uang dan kepentingan bertahan hidup.


Perkembangan sosial media sekarang sudah sangat baik, meski di beberapa tempat peliputan berita dibatasi. Kasus pembunuhan macam muggle atau unicorn  yang hilang lenyap oleh dementor atau darahnya dimangsa “mereka yang namanya tak boleh disebut “di hutan terlarang. Nyata terjadi tapi lalu dibungkam, akses informasi dibatasi. Mungkin hanya Firenze dan kawanannya, makhluk-makhluk yang berdiam di bawahnya berduka, mengiringi jiwa demi jiwa yang pergi. Biarlah mereka mengutuki siapa pun yang bertanggung jawab karena akan dibalas suatu hari. Bagusnya adalah tokoh-tokoh masyarakat  yang berpangkat, yang arogan dan tidak sadar diri akan fungsi dan tugas semakin tidak jaga sikap. Harusnya memberi contoh budaya mengantri. Eh malah songong dan main hantam.


Thanks to social media, eh tapi jangan-jangan dijadikan duta lagi. Yah kan bisa saja di negeri antah berantah. 


Thursday, May 27, 2021

Kerja Jalan Keliling Nagekeo

  Perjalanan selanjutnya setelah dari kampung Udi, kami sempat bertemu dengan ibu Hil, ibu camat di kantor camat Keo Tengah. Ibu Hil memberikan pengenalan untuk desa-desa di Keo Tengah yang memiliki potensi terutama yang punya produk-produk UMKM melalui Bumdes, diantaranya desa KotaWuji Barat dengan produk cokelatnya dan  Lewangera dengan produk Kemiri. 



Perjalanan ke Desa Lewangera tidak begitu jauh, kira-kira 8 km dari kota kecamatan. Desa ini terletak di dataran tinggi. Saya baru pertama kali memasuki kawasan desa ini. Pintu gerbang menuju desa sangat indah karena melewati sawah ladang dan sungai kemudian ada bukitnya juga. Jadi saya mengingat lagi gambar-gambar saya dahulu di Sekolah Dasar. Ternyata ada bukan cuma di lukisan-lukisan. Biasanya saya menggambar gunung atau perbukitan,  lalu sawah dengan aliran sungai dan jembatan. Voilaaa, ada di pintu masuk desa Lewangera.


Setelah bertamu ke kantor desa, kami bersama Bapak Sekdes menuju kelompok UMKM minyak kemiri. Tim dibagi 2. Pak Chris, pak Cuk, pak Yuven ke Desa Ngera, lalu saya, pak Kus, ibu Rani dan Roni menemui kelompok minyak kemiri. Kami menuju rumah ketua kelompok. 


Pembuatan minyak kemiri sudah dilakukan dengan mesin. Jadi kemiri yang sudah dikeringkan dan dikupas dimasukan ke dalam mesin dan keluarlah tetes demi tetes minyak. Namun sesuai dengan tujuan utama untuk memastikan potensi pariwisata, maka dari survey dan pengalaman langsung oleh teman-teman konsultan, pengunjung malah menikmati proses pembuatan minyak kemiri secara manual. Mulai dari menghancurkan kemiri kemudian menyaring dan menyegelnya dalam botol kecil. 


Ibu Rani, seorang dosen arsitektur, sangat menikmati proses karena diajak ikut untuk membuat minyak. Beliau mencoba menghaluskan juga memeras kemiri menjadi minyak. Menurut pak Kus, salah seorang praktisi di bidang pariwisata, pariwisata di kawasan Keo Tengah melibatkan pengalaman pengunjung untuk merasakan pengalaman-pengalaman sehari-hari. Ibu Rani juga sempat mengenakan pakaian adat dan berfoto. 


Geng motoran dari Desa Ngera langsung menyusur ke Desa Kelewae melalui Mauponggo sedangkan kami balik menuju Raja-Gako-Kelewae. 

Di Kelewae udara dingin menyambut kami. Saya suka sekali udaranya. Kami menginap di homestay milik pak Sil. Pemilik rumah menyambut kami dengan hangat. Makanannya enak-enak terutama sambal Koro Roe ala Kelewae. Terima kasih banyak pak Sil dan keluarga.







Tuesday, May 25, 2021

Life of One

 Life of someone

Its amazingly beautiful painted 

Moving phase to phase

Slowly, fast, sometimes 

stagnant but certainly changes 

As time goes by

Together with cells of the body, mind and thoughts 

One did, made mistakes, learnt from it and continue living

Where to go? Who should be invited? Who deserve a share? What’s for?

What will make someone the happiest?

It's a continuous question 

That is why one couldn’t stop learning 

Evolve, adapt, enrich, strive

Changing day by day

Is it better? 

It's only when there is a silence

To reflect, to wait, to questions 

Life of one

For that one and only 

Self

Other self

Earth

Partner

Family

Friends

Community 

Universe




Monday, May 24, 2021

Rencana 5 Tahun

 Ada yang berbeda di pertemuan mingguan kami minggu ini di WISE. Untuk meningkatkan bonding kami diminta memilih satu pertanyaan dari kurang lebih puluhan pertanyaan dan kemudian secara bergiliran menjawab pertanyaan tersebut.  Dari percobaan pertama, saya pribadi merasa sesi ini membuat saya lebih rileks dan mengenal workmate dan sukarelawan atau teman-teman intern. 

Do you believe in having a five year plan? 

Saya menjawab apa adanya kalau di umur sekarang ini lebih ke let it flow. Tetap ada perencanaan tetapi tidak sefokus ketika di usian 20an. Mungkin  punya bisnis. Lalu ya, menikah. Jika Tuhan berkehendak yah, dekatkan dengan orang baik dan sevisi, nyambung dan sayang. Lalu saya harus memikirkan jika memang belum bertemu yang pas dan harus ada opsi sendiri. Memikirkan bagaimana jika memutuskan hidup sendiri dan harus siap dengan stigma dan streotipe yang mengikutnya. Kata salah satu relative, ya udah ada yang dekat, mau saja. Bukan begitu konsepnya. Ada banyak hal yang harus digali bersama dan capai kesepakatan. Yah iya sih, ribet cuma yah that is how we respect our self so that we can respect our potential partner. Jangan sampai galau-galau, mending dijauhkan sekalian. Mohon doanya pembaca yang budiman:) 

Menilik ke beberapa tahun ke belakang dan saat ini, saya merasa semua pencapaian sudah sesuai dengan rencana-rencana tahunan. Dapat beasiswa S2, lancar 2 tahun kuliahnya,  tinggal di luar negri beberapa bulan juga mendapat pekerjaan di lingkungan yang saya impikan. Life goes as planned. 

Kalau kata Yoke, teman kerja, if she dies tomorrow she has no regrets. Nah apakah saya sudah ditahap itu? Kira-kira 85 % kali ya. Belum bilang sayang, adek belum kelar kuliah, belum naik gunung Ebulobo, belum jalan-jalan ke Labuan Bajo. Well, thats just for fun. 

Jadi jawabannya yah I believe in having a five year plan in my twenties and now in my thirties quite flexible, not that tight. 

Bagaimana dengan kamu? 

Saturday, April 3, 2021

Ruba Sulo Jata Bagian 2

 Hello blogger, 

Saya kembali. Sedih sekali bulan Maret hanya sedikit tulisan. Semoga April ini semakin baik.
Nah berikut lanjut lagi cerita-cerita kegiatan untuk arsip dan melatih daya ingat:) Juga teman mengusir sepi. 

Dalam rangka menindaklanjuti masukan dari kunjungan kami sebelumnya. Saya lalu berkomitmen untuk membantu memfasilitasi seadanya. Meski banyak batasan yang saya punya. Namun karena semangat mama Tres sih. 

Jadi saat pulang dari desa Tengatiba untuk bertemu dengan bapak dari pak Yohanes Amekae (akan saya bagi isi diskusi kami yang menarik) ,kami singgah di mama Tres. Banyak yang berkumpul saat itu, beberapa mama-mama:) Kami (saya & Yuven) duduk bacarita sedikit, lalu diskusi soal nama rumah tenun. 
Mama Tres menyampaikan bahwa nanti mereka akan kumpul-kumpul untuk diskusi dan kita bisa diundang untuk ikut. 

Keesokan harinya, pada tanggal 28 January 2021, mama Tres telpon untuk ke rumahnya karena mau diskusi juga untuk menjawab beberapa pertanyaan dari warga. (I was a bit worry here, lol). Saya sudah ajak pak Edi dan ibu Rustin dari Dinpar tapi karena pak Edi harus isolasi mandiri maka saya sendiri. When you bring yourself alone and people ask about your motive? Dalam perjalanan ke rumah mama Tres, saya deg deg an juga. Saya tidak bisa mewakili kantoran tempat saya bekerja, karena ini murni inisiatif pengunjung. You just want people to perform better and improve. Thats all. 
Yeay, iya ditanya sih untuk apa dan kenapa nya. Jadi saya bilang kita mau bikin dokumentasi untuk proses tenun dan pewarnaan, dibikin leaflet untuk ditaruh ketika ada pengunjung yang datang. Syukurlah menjadi jelas untuk semua :) 


Kami lalu berdiskusi mengenai nama sanggar dan diperoleh ruba tenu sulo jata. Ruba menyatakan rumah tenun dan biasanya ruba sudah bermakna rumah tenun. Bukan rumah karena ada sebutan sa'o untuk rumah yang difungsikan untuk tidur dan makan. 
Sulo Jata merupakan peralatan yang digunakan untuk memintal benang dan menenun. 

Pada tanggal 8 Februari 2021, saya dan ka Yuven main ke kantor dinas Koperindag untuk cek ricek benang. Juga menjelaskan kegiatan kami bersama sanggar Sulo JataJata. 
Kami bertemu dengan ibu Tris dan ibu kabid yang memperkenalkan kalau ada etalase penjualan ekraf di dinas. 

Tanggal 9 Februari 2021, kami bersama teman-teman @kitauntukINA @flotistaui dari Universitas Indonesia dan beberapa universitas lainnya melakukan kunjungan ke sanggar. 

Senang sekali karena mama-mama sanggar memberikan penjelasan kepada kami pengunjung dengan baik. 

Semoga pandemi berakhir &
semakin banyak pengunjung :) 




Membahagiakan Anak-anak

Dalam dua bulan ini karena lagi musim tahun ajaran baru, saya  menyisihkan rejeki untuk belanja-belanja pernak pernik lucu, semacam buku dia...