Tentang Blog

Sunday, August 22, 2021

Yeay,32!

 


32.

Yeay. Usia yang tidak muda. Sudah dewasa dan harapannya bisa lebih bijak. Tidak ada perayaan berarti. Ucapan selamat dari teman dekat dan teman lama yang senantiasa mengingat sudah cukup. Teman saya sempat bertanya, apa rencana ulang tahunmu. Tidak ada rencana apa-apa. Mungkin tahun-tahun depan ada perayaan. Merayakan sendiri dengan menulis adalah wajib karena tidak setiap hari tanggal 23 Agustus. Kalau dulu, saya dan teman sekolah makan bakso sepulang sekolah sambal menukar kado. Sekarang-sekarang ini, biasa saja sih. Di keluarga juga tidak ada perayaan tapi saling memberi selamat dan kecup di pagi hari. Adik saya mengirim pesan dan teman saya juga.

Tahun ini banyak-banyak bersyukur atas kesehatan, rejeki dan lingkungan pekerjaan yang sehat.

Menikmati setiap event dalam kehidupan dengan lebih menerapkan prinsip stoic. Fokus kerjaan, bayar tagihan bulanan yang semakin menumpuk dan jangan lupa selalu bahagia. Menjadi bahagia ini adalah perspektif sebenarnya. Tiap hari kita bisa berbahagia dengan apa pun yang kita punya. Kuncinya jangan terlalu fokus pada hal-hal yang belum kita punya. Misalkan dalam kasus saya. Di usia 30an, teman saya sudah banyak yang punya anak. Namun saya masih single. Untunglah saya tidak ambil pusing.

Sejak dahulu, saya sadar timeline tiap orang berbeda.  Namun kadang rasa sepi atau capek datang tiba-tiba. Pengen ada teman
curhat atau teman main la ya. Eits, nah karena sikon ini biasanya di luar kondisi kita, kalau kepikiran yang ada merasa hidup kurang terus. Kalau prinsip stoic bilang harus bisa kontrol apa yang kita bisa kontrol. Nah, pikiran. Alihkan ke pekerjaan, hobi dan hal-hal positif lainnya, atau tidur. Nah saya mencoba sibuk lagi dengan menulis di blog dengan menetapkan target bulanan. Meski untuk dibaca sendiri. Kemudian target bacaan juga bertambah. Pakai Gramedia Digital semakin lancar bacanya. Takut berlebihan saja menunduk. Mungkin harus dikasih jeda tiap beberapa menit. Lalu saya juga belajar Bahasa Spanyol for no reason. Ke Spanyol kayaknya tidak mungkin. 
I wish Just for the sake of speaking a new language. It is fun using dualingo apps.

Semoga semakin baik. Semakin bahagia dan dimudahkan selalu urusan-urusannya.

Saturday, August 14, 2021

Gramedia Digital & Review Teman tapi Menikah

  

Saya baru saja mencoba mendaftar di Gramedia Digital minggu lalu. Saya memikirkan bahwa daftar bacaan saya sudah sangat kurang, terutama untuk buku-buku fiksi dan mempertimbangkan ongkir yang mahal juga budget bulanan yang kian ketat. Akhirnya, saya tertarik mengecek Gramedia digital. Setelah browsing ke beberapa blogger yang menggunakan aplikasi Gramedia, ternyata worth it la untuk dicoba. Asalkan buku yang ingin saya baca punya terbitan Gramedia, maka pastilah akan dapat saya baca. Jika penerbit lain, maka saya harus tetap membeli. Hal tersebut tidak begitu menjadi masalah bagi saya, sehingga saya akhirnya niat untuk berlangganan sebulan ini. Jika kemampuan baca saya juga lumayan maka akan saya teruskan berlangganan.

Kali pertama saya pesan ada diskon, sehingga saya hanya perlu membayar 31.500,00 untuk buku-buku fiksi. Namun sayang, saya salah membayar jumlah tagihan karena saya hanya mengirimkan 31.000. Juga saya mencoba membayar dari BRI, padahal hanya dapat membayar melalui Mandiri atau BNI. Jangan ditiru ya. Alhasil saya kelabakan. Namun Gramedia Digital Instagram menjawab pertanyaan saya dengan cepat. Saya kemudian Kembali mencoba membeli dengan menggunakan akun Mandiri mobile milik teman saya. Yeay, finally!

Ketika selesai pembayaran, otomatis ada keterangan bahwa saya telah berlangganan. Kemudian saya hanya perlu mencari judul buku yang saya inginkan. Pertama kali saya cari adalah buku laut bercerita. Kemudian saya unduh buku ringan Teman tapi Menikah.



TTM ini bacaan lumayan ringan tentang kisah pacaran artis Ayudia BS dengan suaminya. Bagaimana mereka berteman dan kemudian berpacaran. Sangat ringan dan cukup membuat saya jalan-jalan ke  masa lampau ke SMA. Ada yang relatable sedikit-sedikit mengenai kisah SMA. Jelas sangat tidak mirip juga sih. Bahasanya yang ringan juga banyak dialog membuat bacaaan ini bisa dibaca sekali duduk. Soalnya penasaran kalau tidak diselesaikan meski akhirnya sudah ketahuan seperti apa. Saya jadi berpikir enak juga ya menikah dengan teman. Tidak ribet mengulang-ulang pedekate dan memikirkan topi apa yang akan dibicarakan. Sudah sama-sama tahu orangnya bagaimana, sukanya apa, kalau marah bagaimana Mengalir begitu saja sudah. Tidak perlu riweh memikirkan percakapan-percakapan awal. Cuma memang wajib berteman sampai selesai SMA juga. Berjauhan tapi tetap berkabar dan ketemuan jadi tidak menjadi asing.

Adakah rekomendasi buku fiksi dari teman-teman?

Friday, August 13, 2021

Selamat Ulang Tahun Adik!

 

Saya bangun pagi. Sayangnya saya mengecek handphone dahulu. Namun ternyata saya lihat ada status adik bungsu saya yang memposting foto kakaknya nomor 3. 

Oh ternyata adik saya berulang tahun. Kelahiran 1995, jadi kira-kira berumur 26 tahun ya. Saya kepikiran untuk membelinya kue ulang tahun. Seru kan ya, bikin suprise
Lalu saya pikir- pikir kembali, ah lebih baik kasih uang saja. 

Saya ke kamarnya dan membangunkan selamat ulang tahun. 
"Mau apa? Kue ulang tahun? "tanya saya. 
" Ah, orang kalau niat tidak pakai kasih tahu. Beli saja terus kasih suprise"
Saya nyengir. Ya kasih uang saja e. 

Biasanya tradisi ulang tahun di rumah kami tidak terlalu spesial. Mendoakan lalu mengucap selamat. Biasanya potong ayam peliharaan tetapi tidak kami lakukan karena semua ayam induk dan sudah dijual. Adik juga tidak terlalu repot. 

Semoga yang terbaik di hidup. Sehat selalu. Dua tahun lalu tahun yang berat untuknya. Melihatnya sekarang saya sudah sangat bersyukur. Pelan-pelan semoga Tuhan memberi jalan untuk hidup dan berkeluarga. Terima kasih untuk jadi adik yang baik, biasa bantu masak dan cuci piring. Juga antar saya ke mana-mana. 

Wednesday, August 11, 2021

Laut Bercerita

  

Saya baru selesai membaca Laut Bercerita. Sudah cukup lama saya menginginkan untuk punya bukunya. Namun sayang keterbatasan akses dan memikirkan biaya kirim yang mahal dan kebutuhan yang banyak, keinginan untuk membeli online pun diurungkan. Syukurlah, saya akhirnya memutuskan berlangganan Gramedia digital. Voila, saya dapat langsung membaca laut bercerita.


Buku ini berlatar belakang sejarah orde baru. Bagaimana orang-orang kritis waktu itu dibungkam, pergerakan diawasi dengan ketat dan banyak orang hilang begitu saja. Bagaimana sekelompok mahasiswa aktivivis menjadi buronan karena dicari sebagai biang rusuh. Dicari siapa diatasnya, siapa petinggi. Entah tidak mau tahu bahwa tidak butuh siapa-siapa untuk bergerak dan berjuang melawan ketidakadilan. Hanya butuh empati dan simpati dengan orang-orang yang tidak mendapatkan keadilan. Tidak disuruh siapa-siapa tapi karena tahu dan sadar bahwa selama berpuluh tahun pemerintahan dijalankan orang yang sama. 

Kisah sekelompok orang muda ini dibuat begitu detail. Kita pembaca diajak berjalan bersama di ruang-ruang waktu Laut, tokoh utama. Bagaimana Laut menceritakan orang-orang terdekatnya seperti orang tua, saudarinya, Asmara dan kekasihnya, Anjani. Juga karakter teman-teman perkumpulannya. Rasanya saya dapat membayangkan sekre-sekre kemahasiswaan di kampus-kampus. Secara personal, saya tidak aktif di sekre mana pun di kampus tetapi saya dapat membayangkan gambaran ruang wisma SY di Depok (saya Latihan padus Ave di sana) atau sekre Komjak di Kanisius ketika kami melakukan diskusi-diskusi. Terasa ramainya dengan manusia berbagai karakter dan latar belakang. Ini membuat kita sebagai pembaca dapat menjadi dekat karena berhubungan dengan pengalaman pribadi. Namun ketika Laut mulai menggambarkan detail ruang dan perasaan yang dirasakan ketika matanya ditutup paksa, saya bergidik. Untuk merasakan keleluasaan berekspresi seperti sekarang ini (?aww, we have UU ITE), ada sekumpulan orang yang ditangkap, dihilangkan, dibawa pergi dari keluarga dan orang-orang terkasih. Kekosongan hidup setelah kehilangan atau penolakan akan kenyataan membayangi seumur hidup. Siapakah yang bertanggung jawab?

Secara umum saya menikmati cerita ibu Leila Chudori ini. Membekas. Beberapa hari saya membaca dan merasa pening karena air mata berlinangan begitu saja. Kepala jadi pusing karena menangis dalam diam. Mengetahui bahwa ada orang-orang yang hidupnya ditarik pergi begitu saja. Mengetahui bahwa keluarga terus mengingat mereka dalam ketidakjelasan. Dengan mengenang mereka dan menuliskan sedikit review, saya kira, salah satu cara untuk menghargai kisah dan nilai-nilai yang mereka perjuangkan.

Pada malam yang gelap, dengan semilir angin sepoi

Salam baik, meski tidak ada nisan untuk sekedar menaruh karangan bunga

Atau menunduk berdoa bahwa jasad dibawa pulang dan menyatu

Mungkin selaras alam, berganti musim, lautan, tanah hanyalah ruang-ruang

Kekal tidak bersekat

Untuk mereka yang dihilangkan

x

Menikah

"Bemana, kapan nikah? " "Eh, tidak jelas", lalu overthinking Topik mengenai pernikahan nyatanya tahun menjadi salah satu...