Tentang Blog

Friday, October 5, 2018

Bumi Manusia

 Sudah tahu kan salah satu karya besar dari Pramodya Ananta Toer berjudul Bumi Manusia? Sedang booming beberapa minggu terakhir ini karena kabar bukunya akan difilmkan. Lalu ada pro dan kontra mengenai pemeran Minke, tokoh utama dalam kisah bumi manusia.

Pasti banyak yang beli dan baca bukunya seperti saya yang buru- buru bongkar kardus. Sebenarnya, saya sangat terlambat sekali baca buku ini, sudah dikenalkan bertahun lalu. Bukunya baru dicari Oktober kemarin di pasar buku Palasari Bandung. Maafkan,  beli bajakan dan sangat tidak disarankan. Mending beli asli. Nah sejak Oktober buku kemudian dipacking rapi karena harus balik ke rumah. Jadi buku bagus ini kemudian baru dibongkar dari kardus. Untunglah terbeli hingga bisa sedikit berkomentar mengenai apakah Iqbal Junior aka Dilan dapat memerankan tokoh  Minke dalam buku tersebut. Menurut saya, Minke hanya sebagai pusat dalam cerita yang akan membawa kita pada tokoh-tokoh lainnya yang punya ceritanya masing-masing.

Minke adalah seorang pemuda terpelajar asli Indonesia, anak bangsawan yang menyembunyikan identitas kebangsawanannya, berkesempatan mengenyam pendidikan di Hoogere Burgerschool, HBS. Jadi namanya cuma Minke saja, tanpa embel-embel. Sering jadi pertanyaan kalau kenalan. Karakternya digambarkan berpikiran terbuka, beda dari pemuda kebanyakan, keras kepala, suka diskusi dan rajin. Juga, IMHO, Minke ini setia, berkomitmen dan luwes dibuktikan dengan kisah pertemuannya dengan Annelise yang cukup instan tapi membekas dalam.

Apakah Iqbal Cowboy Junior dapat memerankan Minke? Saya sepakat dengan salah satu quote dari sekian banyak quote yang bagus dalam buku ini. Seorang terpelajar  itu harus adil sejak dalam pikiran apalagi perbuatan.
Semoga kita berlaku adil dalam menilai kualitas Iqbal sebagai aktor pendatang baru juga si sutradara yang sebenarnya juga banyak diragukan netizen. Saya juga harus jujur, kurang tertarik dengan karya-karya HB. Namun tentu saja saya tidak berbusa busa untuk mengeluhkan keadaan yang sudah demikian dan harus saya akui bahwa sahaya biasanya hanya menonton filmnya tanpa mempersoalkan atau bahkan mau mengenal siapa sutradaranya.

Terlepas dari Minke, saya lebih penasaran dengan sosok Nyai Ontosoroh dan anaknya Annelis. Kisah hidup mereka jauh lebih kompleks dan dalam juga karakter mereka. Aktor yang memerankan haruslah mampu menghadirkan kelamnya hidup Nyai Ontosoroh serta karakter wanita cerdas  dalam bahasa tubuhnya.

Penulis mampu memainkan emosi pembaca dalam membaca buku ini. Penasaran, sedih dan gembira serta kemarahan saya rasakan. Saya tekankan rasa sedih mengenai orang-orang yang lemah posisinya karena bertumpuk-tumpuk peraturan bernama hukum. Jadi semacam ada setumpuk bawang merah ketika Annelis dipaksa pindah jauh. Hopefully this is not spoiler. 

Juga pentingnya nasihat nasihat atau pesan seorang Pramodya dalam bentuk percakapan-percakapan yang sungguh tidak menggurui. Saya belajar banyak hal dari buku ini.

Harapan saya buku Bumi Manusia menjadi bacaan wajib di sekolah atau perkuliahan tidak milik mereka yang belajar sastra. Supaya apa?
Karakter anak Indonesia yang lebih kuat dan beradab, tidak ada kesombongan intelektual, bullying ( saat ini via medsos terpampang nyata), penghargaan atas setiap ciptaan, tidak prasangka atau berlaku adil sejak dalam pikiran aka pakai data, pakai fakta baru you judge.

Sekiranya itu sedikit banyak yang bisa saya tuangkan dalam bentuk tulisan mengenai Bumi Manusia.
Tabik.

Menikah

"Bemana, kapan nikah? " "Eh, tidak jelas", lalu overthinking Topik mengenai pernikahan nyatanya tahun menjadi salah satu...