Saya selalu tertarik dengan kelompok belajar. Makin ke sini saya semakin belajar tentang diri sendiri, ternyata saya baru menyadari bahwa salah satu hobby saya adalah belajar. Mengakui punya hobby belajar pun saya agak kurang percaya diri. Takut dibilang sok-sok belajar, nerd atau "ih, lu belajar mulu". Namun karena sudah sampai tahap penerimaan diri, ya sudahlah, yang penting enjoy. Jadi intinya saya suka berada di kelompok-kelompok pembelajar. Fokus bertumbuh, mengenali kegagalan dan mencari cara untuk lebih baik. Oh ya, belajar bukan selalu di lingkungan sekolah, namun sehari-hari dan masing-masing orang saya kira selalu belajar tiap hari, profesi apa pun. Cuma kadang tidak menyadari. Jadi mari kita normalisasi hobby belajar, belajar apa pun itu.
Kelompok belajar biasanya berhubungan dengan anak-anak. Di usia tersebut, mereka menyerap ilmu melalui proses belajar formal maupun informal. Belajar terstruktur di kelas atau pun bermain bersama teman-teman sebaya.
Play has the potential to contribute to social and emotional health in early childhood, which supports the idea that the power of play to make us resilient, flexible, and strong—emotionally, socially, physically, intellectually, and perhaps spiritually—may lie in its propensity to invert and subvert the order of things.(Source: (Esquivel et all., 2021)
Saya pun mengenang kembali kalau dulu ketika kuliah ((2009-2011) saya suka menemani teman-teman muda membaca dan bermain di Sanggar Rebung Cendani, Depok, yang dikelola oleh mas Budi. Saya dan Danil akan pergi tiap Sabtu, kadang menginap. Waktu itu yah, sekadar datang ke sanggar saja sudah bikin teman-teman muda senang. Kadang ada warm up, kadang yah gitu, duduk-duduk bercerita saja sambil mereka membaca buku. Saya kemudian berpikir, bisa nih kalau saya settle balik kampung, saya ingin bikin beginian juga. Voilaa, sekarang syukurlah ada komunitas yang membutuhkan. Lalu kita jalan tiap minggu di Nagekeo.
No comments:
Post a Comment